Nama : Eka Puspitasari
NPM : 12210285
Kelas : 3EA13
Tugas Softskill (Prilaku Konsumen)
1. Sumberdaya ekonomi
Potensi
sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan potensi ekonomi pada dasarnya
dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu sumberdaya yang dimiliki
baik yang tergolong pada sumberdaya alam (natural resources/endowment factors)
maupun potensi sumberdaya manusia yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta
dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan (ekonomi) wilayahtingkat
ketergantungan terhadap sumberdaya secara struktural harus bisa dialihkan pada
sumberdaya alam lain.
Kasus
persolan yang sifatnya nasional (warisan rejim lama) dan juga
persoalan-persoalan baru yang muncul dari pelaksanaan Otonomi Daerah yang
“sembrono”, fenomena globalisasi ekonomi juga akan sangat berpengaruh besar
terhadap prospek nilai-nilai budaya lokal dan kearifan tradisional sebagai
landasan penguatan kelembagaan lokal dalam pengelolaan sumberdaya dan
keanekaragaman hayati. Globalisasi ini menjadi perlu dicermati sebagai tahapan
lanjut dari periode pembangunanisme yang dianut oleh Rejim
Otoriter-Militeristik Orde Baru yang nyata-nyata telah menghancur-leburkan
ekosistem-ekosistem penting Indonesia serta memporak-porandakan pranata-pranata
ada/lokal yang selama ratusan tahun menjadi penjaga dan pengelola sebagian
besar dari ekosistem-ekosistem tersebut. Perjalanan pembangunan di Indonesia
mencatat banyak sekali penggusuran dan penindasan yang menyedihkan bagi
berbagai kelompok masyarakat, khususnya masyarakat adat, yang diwarnai oleh
tindakan-tindakan kekerasan negara dan sekaligus memfasilitasi kekerasan
horizontal antar kelompok masyarakat.
Kalau
ditelusuri lebih jauh, maka pembangunan yang umumnya dianut oleh negara-negara
berkembang adalah industrialisasi. Sebagai negara yang kaya sumber daya alam,
Indonesia pun mengembangkan industri yang berbasis sumber daya alam. Celakanya,
sebagian besar sumber daya lalam ini, secara tradisional sudah ada penguasa dan
pemiliknya, yaitu masyarakat adat, yang juga memiliki kepentingan yang lebih
luas atas sumber daya tersebut. Nilai-nilai, ide dan konsep pembangunan itu
memang diimpor atau diadopsi dari “barat”. Pembangunan adalah kata lain dari
modernisasi. Dari sini muncullah anggapan dan keyakinan baru di masyarakat
bahwa jiwa Indonesia ini kita inginkan menjadi negara modren,maka segala
sesuatu yang tradisional(lisan) harus dibuang karena dianggap terbelakang dan
menghambat pembangunan. Paradigma modernisasi demikian, langsung dan tidak
langsung, telah menyudutkan dan melemahkan posisi masyarakat adat itu sendiri
dengan menempatkan tradisi dan nilai-nilai asli bangsa ini menjadi sesuatu yang
jelek (inferior) terhadap nilai-nilai “barat” yang modern sebagai sesuatu yang
baik (superior).Dengan cara yang berkembang demikian, bahkan banyak di antara
masyarakat adat sendiri sering melupakan bahwa mereka memiliki kekuatan
(pengetahuan, teknologi, pranata adat) untuk melaksanakan dengan
sungguh-sungguh program “pembangunan” yang memuliakan hidup mereka, atau
sebaliknya melakukan perlawanan atas program “pembangunan” yang tidak
diinginkan. Sebagai konsep yang diadopsi dari “barat”, nilai yang terkandung
dalam pembangunan kita, yang juga dianut oleh globalisasi ekonomi, berakar pada
individualisme yang, dalam banyak hal, bertolak-belakang dari prinsip dasar
komunitas-komunitas masyarakat adat di Indonesia umumnya yang komunalistik dan
kolektif baik dalam hal penguasaan sumberdaya maupun dalam upaya pengelolaannya
untuk keadilan dan kesejahteraan bersama.
2. Sumber Daya Sementara
a.Barang yang Menggunakan Waktu
Produk yang memerlukan pemakaian waktu dala mengkonsumsinya.
Contoh: Menonton TV, Memancing, Golf, Tennis (waktu Senggang) Tidur, perawatan
pribadi, pulang pergi (waktu wajib).
b.Barang Penghemat Waktu
Produk yang menghemat waktu memungkinkan konsumen
meningkatkan waktu leluasa mereka. Contoh: oven microwave, pemotong rumput,
fast food.
3. Sumber
Daya Kognitif
adalah kepemimpinan teori psikologi industri dan
organisasi yang dikembangkan oleh Fred Fiedler dan Joe Garcia pada tahun 1987
sebagai konseptualisasi dari model kontingensi Fiedler . Teori ini berfokus
pada pengaruh pemimpin intelijen dan pengalaman tentang nya atau reaksinya
terhadap stres .
Inti dari teori ini adalah bahwa stres adalah musuh
rasionalitas, merusak kemampuan pemimpin untuk berpikir logis dan analitis.
Namun, pengalaman pemimpin dan kecerdasan dapat mengurangi pengaruh stres pada
(atau dia) nya tindakan: kecerdasan adalah faktor utama dalam situasi stres
rendah, sementara jumlah pengalaman selama lebih selama-saat stres.
Contoh Kasus :
Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia
tidak ditentukan oleh stimulus yang berada dari luar dirinya, melainkan oleh
faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa
kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan
pengalaman itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan
pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses
pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal
dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas
belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berfikir, yakni
proses pengelolaan informasi.
Kegiatan pengelolaan informasi yang berlangsung di
dalam kognisi itu akan menentukan perubahan perilaku seseorang. Bukan
sebaliknya jumlah informasi atau stimulus yang mengubah perilaku. Demikian pula
kinerja seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada jenis
dan cara pemberian stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana
sesaeorang mampu mengelola informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan
untuk merespon stimulus yang berada di sekelilingnya. Oleh karena itu teori
belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya
untuk belajar, mengingat dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan
disimpan di dalam pikirannya secara efektif.
4. Pengetahuan
Organisasi
Pengetahuan Konsumen akan Mempengaruhi Keputusan
Pembelian.
Apa yang dibeli, berapa banyak yang dibeli, dimana
membeli dan kapan membeli akan tergantung kepadapengetahuan konsumen mengenai
hal-hal tersebut.
Pengetahuan Konsumen adalah semua informasi yang
dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk, serta pengetahuan lainnya
yang terkait dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.
(1) Pengetahuan tentang karakteristik/atribut produk
(2) Pengetahuan tentang manfaat produk
(3) Pengetahuan tentang kepuasan yg diberikan produk
kepada konsumen.
(1) Manfaat Fungsional, yaitu manfaat yg dirasakan
konsumen secara fisiologis
(2) Manfaat Psikososial, yaitu aspek psikologis dan
aspek sosial yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk.
5. Mengukur
Pengetahuan
Pengetahuan konsumen terdiri dari informasi yang
disimpan di dalam ingatan. Pemasar khususnya tertarik untuk mengerti
pengetahuan konsumen. Informasi yang dipegang oleh konsumen mengenai produk
akan sangat mempengaruhi pola pembelian mereka.
Di dalam Psikologi kognitif dijelaskan bahwa ada dua jenis pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif melibatkan fakta subjektif yang sudah diketahui. Pengetahuan deklaratif sendiri dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengetahuan episodik (melibatkan pengetahuan yang dibatasi dengan lintasan waktu) dan pengetahuan semantik (mengandung pengetahuan yang digeneralisasikan dan memberi arti bagi dunia seseorang). Sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini dapat digunakan. Fakta ini juga bersifat subjektif dalam pengertian fakta tersebut tidak perlu sesuai dengan realitas objektif.
Di dalam Psikologi kognitif dijelaskan bahwa ada dua jenis pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif melibatkan fakta subjektif yang sudah diketahui. Pengetahuan deklaratif sendiri dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengetahuan episodik (melibatkan pengetahuan yang dibatasi dengan lintasan waktu) dan pengetahuan semantik (mengandung pengetahuan yang digeneralisasikan dan memberi arti bagi dunia seseorang). Sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini dapat digunakan. Fakta ini juga bersifat subjektif dalam pengertian fakta tersebut tidak perlu sesuai dengan realitas objektif.
Contoh
Kasus:
Seorang konsumen yang sedang menjalankan proses diet
dan ingin memutuskan untuk membeli makanan ringan. Sebelum memutuskan untuk
melakukan pembelian, konsumen cenderung melihat ingredients atau komposisi yang
terdapat dalam produk makanan ringan tersebut. Setelah memperoleh informasi
yang positif terhadap produk tersebut, konsumen biasanya langsung mengambil
keputusan untuk melakukan pembelian.
sumber: http://rinaa90.wordpress.com/2011/11/01/bab-5/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar